Chapter 3 disini~
Ide tentang di mana harta karunnya di dapat pas pelajaran Sosiologi di sekolah!!
--------------------------------------------------
“Carilah di bawah sesuatu yang berharga bagi semua orang…” Gumam Eiki saat kami berkeliling rumah. “Apakah itu uang?? Itu berharga bagi semua orang kan??”
“Pertama aku juga mengira begitu, namun uang yang mana dan dimana itu yang kita tidak tau, lagi pula tak mungkin Om Tuti meletakan uang sembarangan..” Jelasku, kepalaku serasa berputar putar saat memikirkan teka teki itu.
“Hai~ Kalian sudah ada ide??” kata Ai-chan dan Ken sambil berjalan setengah berlari ke arah kami. Eiki menggeleng, “Kalau kalian??”
“Nol..” Jawab Ken yang terlihat malu malu di sebelah Ai-chan. Aku tersenyum geli. Lumayan lah, untuk refresing kepalaku yang di penuhi teka teki konyol Om Tuti.
“Oh yah, sejak Om Tuti dan Tante Harumi menjadi juri, Nadine-san sama siapa donk??” Tanya Ken padaku, namun Ai-chan lah yang menjawab.
“Mereka tuker pasangan, Nadine jadi sama Tante Kumi..”
Muka Ken langsung bersemu merah. “Ahh, ok deh..”
“Kalau begitu, kami pergi dulu yah!! Harus nyari lagi nih.. Jangan jangan bisa sampai malam..” Kata Ai-chan berjalan menjauh sambil memegang tangan Ken yang tampaknya, mukanya sudah berubah menjadi kepiting rebus.
“Ahh, Cynthia…” Panggil Eiki. “Ya??” Jawabku.
“Kenapa Ken bertingkah aneh bersama Ai-chan?? Biasanya ia selalu tampak tenang di rumah…”
Aku tak bisa menahan tawa lagi, “Ken itu suka sama Ai-chan..” Jawabku di sela sela tawa.
Eiki tampak bingung, “Suka??”
Sambil memegangi perutku yang kesakitan sehabis ketawa, aku memandang Eiki dengan heran. “Kau kakakknya tapi kau tidak tau bahwa dia suka pada Ai-chan.. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama kau tau..”
Eiki hanya ber-oooo ria. Sementara aku kembali memikirkan teka teki Om Tuti.
“Carilah di bawah sesuatu yang berharga bagi semua orang..”
“Apakah itu sepatu??” Kata Eiki tiba tiba. “Hah??” Kataku.
“Tadi aku baru menyadari, dan itu juga di dukung karena melihat sepatunya Ken..”
“Coba kita cari kalau begitu.. Kayaknya tadi di rak pajangan ada sepatu emas..” Ajakku. Eiki tak menjawab apa apa, ia hanya mengangguk.
Sesampainya kami di rak sepatu, kami bertemu dangan Ara dan Miki.
“Hai..”
“Hai jugaaaa….”
“Dah nemu petunjuk??” Tanya Miki. Aku mengangguk, “Sudah, baru mau nge-check..” Sambung Eiki.
“Enaknya…” Kata Miki dan Ara bersamaan, “Ya sudah, kami cari lagi yah… Dahhhh…” Kata Ara.
“Dahhhh…..”
Setelah Miki dan Ara pergi, Eiki langsung mendekati rak pajangan, lebih tepatnya, pajangan sepatu emas.
Ketika kami lihat, memang benar kata Eiki. Di bawah sepatu itu terdapat secarik kertas bertuliskan Group Cynthia dan Eiki. Eiki mengambilnya.
“Apa tulisannya??” Tanyaku pada Eiki yang kemudian cengo setelah melihat isi tulisan itu. “Teka teki konyol lainnya dari Om Tuti…” Jawabnya.
Aku menghela nafas. “Ampuuun deh, kapan sih ini akan berakhir??” Keluhku, sementara Eiki membacakan teka teki itu padaku.
“Saat sinar keemasan berkilau, ketuklah pintu pada waktunya..”
“Pintu?? Apakah itu kiasan apa memang pintu yang harus kita cari??” Tanyaku putus asa. “Kita cari saja..” Balas Eiki yang tampaknya juga cape meladeni teka teki Om Tuti dan Tante Harumi.
Akhirnya, kami memutuskan untuk mencari pintu yang ada warna emasnya. Saat kami tiba di pintu terakhir…
PRANGGG!!!!!
Dengan kaget aku menoleh ke belakang, demikian juga Eiki. Dan tampaklah Xixi dengan panci di kepalanya dan Ayahku dengan spatula di tangannya. Keduanya tergeletak di bawah. Kasihan Xixi, ia tertimpa oleh tubuh ayahku yang tak bisa di bilang ‘kurus’.
“Ayah….” Kataku sambil sweatdrop. “Hohohoo” Kata ayahku sambil bangkit. “Kebetulan sekali kita bertemu disini!!” Katanya lagi.
“Ayah sengaja kan?? Dan buat apa Panci dan spatula itu?? Kalian mau masak??” Tanyaku sambil menunjuk spatula dan panci itu. Xixi tampak salah tingkah.
“Heh!! Enak saja!! Kami tuh kesini untuk menyelidiki!!” Kata Xixi keceplosan dan langsung di Deathglare sama ayahku.
“Eh, Maksudnya, kami kesini bukan menyelidiki Eiki yang ayah takut dia ngapa ngapain kamu… Eh…” Kata Ayahku yang jelas-jelas dia membuka rahasianya sendiri.
“Begitu yah…” Kataku sambil Deathglare ke Ayahku sendiri. “Kami baik baik saja disini kok, Om Souji..” Timpal Eiki.
“Benar, dan kami sudah akan memecahkan teka teki ini jika Ayah tak mengganggu!! Lagi pula, kenapa Ayah disini?? Bukankah harusnya Ayah mengkhawatirkan Ibu??”
“Memang Ibu kenapa??”
“Dia kan sekamar ma Takuya…” Balasku. Mata Ayah langsung melebar karena kaget dan secepat mungkin ia melesat pergi. Yang anehnya, ia masih sempat menarik Xixi, panci, dan spatulanya.
“Dasar Ayah….” Kataku sementara Eiki tertawa kecil. “Tapi masih mending sikap ayahku dari pada sikap ayahnya Ara..”
“Memang kenapa??” Tanya Eiki. “Yaa…. Sikap Om Kengo sedikit lebih protektif dari pada ayahku.. Kasihan nii-chan~” Balasku.
“Berarti memang Nadine dan diriku cukup beruntung yah..”
“Memang Om Tuti tidak protektif yah??”
“Yah… Om Tuti dan Nadine kan galakan Nadine..” Jelas Eiki, “Tak perlu dilindungi lagi, sudah bisa sendiri katanya..” Sambungnya lagi.
“Khas Nadine……” Kataku sambi mendekati pintu. “Kira-kira dimana yah??” Tanyaku lagi.
“Mari kita pikir dengan simpel. Sinar keemasan…”
“Senter??” Tebakku. Eiki tampak bingung, “Senter??” Tanyanya.
“Lihat, gagang pintu ini berwarna keemasan, jika di sinari pasti akan bercahaya kan??”
“Benar juga..”
Maka Eiki pergi mencari senter, tak lama kemudian dia sudah balik.
“Nah, coba kamu sorotkan, dan aku akan mencari..” Kataku, Eiki mengangguk dan menyalakan senter itu.
Ternyata di balik gagang pintu itu memang ada kertas yang tersembunyi dengan baik, sehingga tak seorang pun akan mengetahui tentang hal itu jika mereka tak menyorotkan senter ke gagang pintu itu.
“Ampuunnn deh…. Om Tuti itu…” Keluhku sambil berusaha mengambil kertas itu.
“Apa tulisannya??” Tanya Eiki sambil mematikan senter.
“Selamat dan Berbahagialah, hadiahmu menanti. Karena kamu telah melewati rintangan dengan kepala dingin, maka kami berikan ikan terbang..” Kataku keras keras.
“Ikan terbang??”
“Konyol..” Kataku sambil menutup kertas itu. “Dingin, ikan, dingin, ikan..” Kata Eiki berulang ulang.
“Danau…” Kata kami bersamaan dan sesaat kemudian kami sudah berada di tepi danau.
“CYNTHIAAAAA~~” Teriak yang siapa lagi kalau bukan Nagayan?? Ia berlari ke arahku dan nyaris menubrukku masuk ke dalam danau. Sementara Naoya dan Eiki hanya cengo.
“Gimana proses pencarian kalian??” Tanya Naoya pada Eiki sementara aku masih berusaha kabur dari pelukan Nagayan.
“Teka teki yang terakhir nih…” Jawab Eiki. “Enaknya!! Kami yang pertama aja belum ketemu!!” Teriak Nagayan.
“Iya iya… Nagayan, lepaskan aku…” Kataku kehabisan nafas karena pelukan Nagayan yang terlalu kencang. Dengan panik Nagayan melepaskanku, aku pun terjatuh ke belakang dan menabrak Naoya dan kami berdua berguling-guling jatuh ke dalam hutan di sebelah danau.
“Ampun deh…” Kata Eiki sambil tertawa sementara Nagayan teriak teriak sambil mengejar kami.
“Eh, ini apa??” Kataku sambil memegang pohon yang tadi kugunakan untuk membantuku berdiri. Ternyata di pohon itu ada gambar smile. Dan saat kulihat di atas pohon itu, ada boneka ikan. Maka kuminta Nagayan untuk mengambilnya.
“Apa itu??” Tanya Eiki sambil menyusul kami. “Entahlah..” Balas Naoya.
Blukk!! Boneka itu di jatuhkan oleh Nagayan dan menimpa kepala Eiki. Aku pun mengambilnya.
“Ada nama kita disini Eiki!!” Teriakku kaget. “Apa?!?!” Kata Eiki tak percaya sambil memegang kepalanya.
“Berarti ini adalah hadiah kita??” Tanya Eiki lagi. “Mungkin, untuk memastikannya mari kita kembali ke villa!!” Kataku sambil berlari.
“Oi!! Tunggu!! Aku ga bisa turun!!” Teriak Nagayan dari atas pohon, sementara Naoya sudah terbahak bahak melihatnya.
:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:- :-:-:-:- :-:-:-:-:-:-:-:- :-:-:-:- :-:-:-:-
“Om TUTIIIII!!!!!!!!!!!!!!~” Teriakku sambil berlari ke arahnya. “Ya??” Balas Om Tuti dengan senyum khasnya.
Dengan kehabisan nafas, aku menyerahkan boneka ikan itu. “Hohohohoho… Kalian berhasil!!” Kata Tante Harumi girang. “Ini hadiah kalian!!” Kata Om Tuti sambil menyerahkan dua bungkusan yang isinya adalah Voucher belanja dan Boneka kucing imut.
“Kalian boleh menunggu yang lain di taman..” Kata Tante Harumi, Om Tuti hanya mengangguk angguk.
“Aku mau balik ke kamar saja. Kau ikut??” Tanya Eiki. Aku menggeleng, “aku tunggu sini aja..”
“Makan malam nanti jam 7, jangan telat yah!! Pembagian tempat duduknya juga lewat undian!!” Teriak Om Tuti memperingatkan.
Ampun deh, Om Tuti itu seneng banget dengan yang namanya undian yah. Pasangan meja makan..
2 Jam Kemudian..
“Semua sudah hadir??” Tanya Om Tuti. “Sudah!!!” Jawab lainnya.
“Kalau begitu mari kita ambil undiannya!!!” Teriak Om Tuti.
“LAGI?!?!?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar